Kategori Artikel
National Urban Forum (NUF) Praktik baik implementasi NUA dari seluruh stakeholder

Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Kamis, 18 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025

14. Praktik baik indikator 49

Praktik baik tema 14 indikator 49 Persentase Pemerintah Daerah yang Mengadopsi dan Menerapkan Strategi Pengurangan Risiko Bencana Lokal Sejalan dengan Strategi Nasional

Dari Reruntuhan Menuju Keberlanjutan: Menciptakan Kota Palu yang Tangguh dan Inklusif

Ringkasan:

Pasca gempa dan likuefaksi Palu 2018 yang menewaskan lebih dari 4.300 orang, pemerintah melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi berkelanjutan selama lima tahun terakhir, termasuk pembangunan lebih dari 5.000 rumah tahan gempa, renovasi fasilitas publik, perbaikan distribusi air, dan ruang terbuka hijau. Di kawasan terdampak berat seperti Petobo dan Balaroa, dilakukan remediasi tanah dan stabilisasi.

Deskripsi: 

Bencana alam seringkali menyebabkan kerusakan yang luas, termasuk infrastruktur penting seperti jembatan, jalan raya, dan bangunan publik. Industri-industri ini tidak hanya penting untuk kelangsungan hidup masyarakat, tetapi juga membantu mendorong pergerakan ekonomi dan sosial di wilayah yang terdampak. Berbagai pemangku kepentingan bekerja sama untuk memulihkan semua aspek kehidupan yang hancur selama fase rehabilitasi dan rekonstruksi.

Merefleksikan upaya pemulihan setelah bencana likuifaksi Palu yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018 akibat gempa bumi dahsyat, berfokus pada pembangunan kembali infrastruktur yang hancur, relokasi masyarakat yang terdampak dari daerah berisiko tinggi, penerapan kode bangunan baru dengan desain tahan gempa, dan memprioritaskan keterlibatan masyarakat untuk menumbuhkan ketahanan terhadap bencana alam di masa depan, sambil mengelola kerusakan parah yang disebabkan oleh likuifaksi yang mengakibatkan sebagian besar lahan berubah menjadi lumpur cair, menelan bangunan dan menyebabkan kerusakan yang meluas.

Rehabilitasi dan rekonstruksi bukan hanya tentang membangun kembali infrastruktur yang rusak, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, program ini memastikan bahwa setiap pembangunan tidak hanya memprioritaskan fungsionalitas, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan dan ketahanan terhadap bencana di masa depan. Beberapa aspek utama yang dipertimbangkan dalam proyek ini meliputi perumahan tahan gempa yang dirancang agar lebih kokoh sehingga dapat menahan potensi gempa bumi di masa mendatang. Upaya remediasi tanah setelah bencana likuifaksi Palu terutama berfokus pada peningkatan sistem drainase untuk menurunkan muka air tanah, teknik pemadatan tanah untuk meningkatkan stabilitas tanah, dan kemungkinan penambahan material penstabil seperti semen atau geotekstil di daerah yang sangat terdampak, khususnya di endapan aluvial lembah Palu di mana likuifaksi paling parah, terutama di lingkungan Petobo dan Balaroa.

Fasilitas umum, seperti gedung sekolah, rumah sakit, dan pusat komunitas direnovasi dengan standar bangunan tahan gempa dan sistem keamanan yang ditingkatkan. Selain itu, semua infrastruktur dibangun dengan aksesibilitas untuk semua, termasuk penyandang disabilitas dan lansia. Sistem distribusi air juga ditingkatkan untuk memastikan setiap warga memiliki akses yang lebih baik terhadap air bersih. Tidak hanya itu, ruang terbuka hijau juga ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi masyarakat.

Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Sulawesi Tengah, yang telah dilakukan selama lima tahun, tidak hanya tentang pembangunan fisik, tetapi juga upaya untuk memulihkan harapan masyarakat. Pasca bencana, masyarakat membutuhkan perumahan yang aman, nyaman, dan layak. Oleh karena itu, pembangunan tempat tinggal tidak hanya bertujuan sebagai tempat tinggal, tetapi juga ruang yang mampu menumbuhkan rasa aman dan rasa memiliki bagi para penyintas. Pemerintah setidaknya telah membangun lebih dari 5.000 rumah tahan gempa, termasuk sekolah dan rumah sakit tahan gempa.

Selain membangun kembali infrastruktur, program ini juga berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Di kompleks perumahan baru, disediakan ruang usaha, seperti usaha mikro, kecil, dan menengah, pasar tradisional, serta taman bermain anak-anak. Hal ini bertujuan untuk membantu warga yang kehilangan mata pencaharian akibat bencana untuk bangkit kembali secara ekonomi. Dengan demikian, konsep kota tangguh tidak hanya dibangun secara fisik, tetapi juga melalui keterlibatan aktif masyarakat dalam menghidupkan kembali kota. Dalam hal ini, dengan rehabilitasi dan rekonstruksi yang direncanakan dengan baik, kota-kota yang terkena bencana tidak hanya pulih, tetapi juga tumbuh menjadi lebih tangguh, lebih hijau, lebih inklusif, dan lebih siap menghadapi masa depan.

Sumber: https://sulteng-sitaba.com/


Kamis, 18 Desember 2025
3 dilihat | 1 menit membaca

Berita dan cerita