01. Praktik baik indikator 1
Praktik baik tema 1 indikator 1 Proporsi Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan Internasional menurut Jenis Kelamin dan Usia di Tingkat Nasional Perkotaan
Program Desa Sejahtera Astra
Ringkasan:
Sejak 2018, Program Desa Sejahtera Astra telah memberdayakan masyarakat pedesaan dengan mengembangkan potensi pertanian, perikanan, pariwisata, dan budaya mereka. Pada tahun 2023, program ini akan menjangkau 1.196 desa di 35 provinsi, menciptakan lebih dari 20.000 lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar 80%, dengan ekspor senilai Rp 223 miliar ke 26 negara. Melalui pelatihan, pendampingan, akses ke modal, dan pemasaran ekspor, Program Desa Sejahtera Astra mendorong munculnya desa-desa mandiri, termasuk desa-desa di daerah perbatasan, terpencil, dan terbelakang, meskipun infrastruktur dan sumber daya manusia terbatas. Inisiatif ini menunjukkan bahwa kolaborasi multi-pemangku kepentingan dapat memperkuat ekonomi desa secara inklusif dan berkelanjutan.
Penjelasan:
PT Astra International Tbk meluncurkan Program Desa Sejahtera Astra (DSA) pada tahun 2018 untuk memberdayakan masyarakat pedesaan dengan mengembangkan potensi lokal di sektor pertanian, perikanan, pariwisata, dan budaya. Pada akhir tahun 2023, Program Usaha Berbasis Desa (DSA) telah menjangkau 1.196 desa di 35 provinsi, menciptakan 20.370 lapangan kerja, dan mengekspor produk desa ke 26 negara dengan nilai ekspor sebesar Rp 223 miliar (setara dengan lebih dari US$14 juta). Pendapatan rata-rata masyarakat meningkat sebesar 80%, dan 64 UMKM mampu meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan standar kualitas mereka.
DSA berfokus pada pengembangan kewirausahaan berbasis desa dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, universitas, LSM, perusahaan rintisan, pemerintah (baik pusat maupun daerah), dan lembaga keuangan. Kegiatan DSA meliputi pelatihan dan pendampingan, penguatan kelembagaan, bantuan fasilitas dan infrastruktur, fasilitasi modal, dan pemasaran ekspor, hingga menciptakan model kemandirian desa.
DSA telah membentuk empat klaster berdasarkan produk unggulan: 1) klaster kopi, 2) klaster pertanian dan pengolahan, 3) klaster kelautan dan perikanan, dan 4) klaster pariwisata dan kerajinan. Program-program ini meliputi:
1) Penggunaan metode atau teknologi baru dalam kolaborasi dengan universitas dan perguruan tinggi, serta perusahaan rintisan atau kelompok bisnis. Program DSA berupaya memperkenalkan metode atau teknologi baru kepada masyarakat terkait pengembangan kewirausahaan. Misalnya, di klaster kopi, DSA telah memperkenalkan teknologi pengolahan kopi modern dan membangun jaringan awal antara petani kopi dan organisasi kopi internasional untuk membiasakan diri dengan standardisasi sebelum memasuki pasar internasional;
2) Pendampingan. Masyarakat menjadi lebih mandiri, kreatif, dan percaya diri akan potensi sumber daya desa mereka dengan dukungan dan bantuan dari para mentor. Lebih lanjut, masyarakat berkomitmen untuk memastikan keberlanjutan program perusahaan, seperti mendirikan badan hukum otonom, mempertimbangkan strategi jangka menengah dan panjang, dan mengembangkan rencana aliran pendapatan yang berkelanjutan;
3) Pemberdayaan perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok lainnya. Dalam melaksanakan Program DSA, upaya dilakukan untuk memberdayakan semua kelompok, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas. Lebih lanjut, untuk mendorong inklusi keuangan, kelompok bisnis dijamin aksesnya ke lembaga keuangan formal;
4) Publikasi Inspiratif. Program DSA secara konsisten berupaya menyediakan siaran pers tentang semua kegiatannya untuk menginspirasi masyarakat luas.
Salah satu contoh keberhasilan implementasi program DSA adalah di Desa Tajur Halang, Bogor, melalui Boja Farm. Di sana, masyarakat mengembangkan pertanian organik di mana hasil panen diolah dan dijual, serta mengoperasikan rumah tamu dan restoran. Produk Boja Farm telah disertifikasi oleh Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, dan telah mengekspor keripik buah organik senilai US$100.000 ke Kanada, dengan kontrak ekspor tambahan senilai US$700.000 untuk rempah-rempah organik, kopi, cokelat, dan keripik buah organik pada tahun 2024.
DSA juga telah diimplementasikan di daerah 3T (Perbatasan, Terpencil, dan Kurang Mampu), seperti Aceh Tengah, yang meliputi beberapa desa di Kabupaten Silih Nara dan Bebesan, termasuk Wihni Durin, Arul Relem, Wih Masin, Bies Mulie, dan Blang Gele. Lebih lanjut, di Kabupaten Mahakam Ulu, terdapat 76 desa di wilayah 3T (Daerah Terbelakang dan Terpencil) yang merupakan mitra binaan Astra. Tantangan bagi DSA di wilayah 3T terutama berkaitan dengan aksesibilitas, kualitas sumber daya manusia, dan infrastruktur yang terbatas. Hal ini menghambat distribusi barang, jasa, dan informasi, serta mempersulit akses ke layanan publik, seperti pendidikan dan kesehatan.
DSA membuktikan bahwa kolaborasi pemangku kepentingan dapat mendorong ekonomi desa secara inklusif dan berkelanjutan melalui beberapa rekomendasi termasuk: peningkatan teknologi dan inovasi melalui digitalisasi UMKM dan pertanian cerdas; penguatan sumber daya manusia melalui pelatihan teknis; perluasan pasar melalui sertifikasi internasional dan branding global; peningkatan fasilitas dan infrastruktur; dan rekomendasi keberlanjutan melalui pembentukan BUMDes dan skema pendanaan untuk memastikan program terus berjalan secara mandiri tanpa bergantung pada bantuan Astra.
Sumber:
https://sdgs.bappenas.go.id/repository/public/22119 ; https://lestari.kompas.com/read/2024/12/06/091500686/desa-sejahtera-astra-dukung-ekonomi-masyarakat-yang-ramah-lingkungan- https://www.topbusiness.id/107225/desa-sejahtera-jadi-
program-csr-unggulan-astra-international.html;