Kategori Artikel
Talkshow dan Workshop
Selasa, 15 Oktober 2024
Selasa, 5 November 2024
Selasa, 15 Oktober 2024
Senin, 14 Oktober 2024
Senin, 14 Oktober 2024
Senin, 14 Oktober 2024
Senin, 14 Oktober 2024
Kamis, 10 Oktober 2024
Kamis, 10 Oktober 2024
Kamis, 10 Oktober 2024
Kamis, 10 Oktober 2024
Seminar "Lanskap Kota Tanggap Krisis Iklim"
Yogyakarta, Oktober 2024 - Dalam rangka peringatan Hari Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia tahun 2024, telah dilaksanakan seminar dan pelatihan Lanskap Kota Tanggap Krisis Iklim pada 16 Oktober 2024 di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Seminar sekaligus pelatihan ini memiliki tujuan untuk mendiseminasikan pentingnya lanskap sebagai representasi alam di kawasan kota dan menginspirasi penerapan konsep nature based solution untuk mengatasi krisis iklim melalui penataan lanskap sederhana.
Beberapa narasumber diundang untuk memberikan materi terkait lanskap kota yang adaptif terhadap krisis iklim. Ibu Puspita Galih Resi membahas mengenai pembangunan lanskap perkotaan yang berkesinambungan dengan alam, serta strategi di Mimika sebagai salah satu praktik baik konservasi pada kawasan pesisir.
Ibu Wiwiek Murdiastuti menekankan pentingnya lanskap sebagai partner dalam pembangunan konstruksi dan mendorong masyarakat, terutama generasi muda, untuk mengadopsi gaya hidup berkelanjutan. Aspek penting dalam lanskap yaitu keseragaman, kuantitas, kualitas, dan produksi, sehingga bisa menciptakan lanskap yang bukan hanya fungsional, tetapi dapat dinikmati keindahannya.
Pak Alfian Rizki menjelaskan mengenai analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) lanskap, serta lingkup AHSP penanaman, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan.
Ibu Mutiara Dewi menjelaskan cara menghitung karbon tersimpan pada tanaman untuk menghadapi krisis iklim lanskap kota dengan menggunakan i-tree Eco, yaitu alat berbasis perangkat lunak untuk menganalisis dampak ekologi dari vegetasi dalam suatu kawasan. Alat i-Tree eco dapat menghasilkan data karbon dioksida, energi, kualitas udara, dan air limpasan.
Pak Tjondroargo Tandio menjelaskan model kenaikan suhu di sembilan kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, Semarang, Palembang, Denpasar, dan Balikpapan, menggunakan machine learning dengan pendekatan berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi perubahan suhu dan dampaknya di berbagai kota besar di Indonesia. Data yang digunakan dalam pemodelan ini melibatkan data suhu historis dan variabel iklim lainnya seperti, kelembapan, curah hujan, radiasi matahari, dan kecepatan angin, serta data tambahan seperti, penggunaan lahan, tingkat urbanisasi, dan konsentrasi gas rumah kaca.