Kategori Artikel
National Urban Forum (NUF) Dashboard capaian implementasi NUA per indikator

Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Rabu, 17 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025
Selasa, 16 Desember 2025

08. Energi dan Jejak Material

Isu emisi dan jejak material menjadi salah satu tantangan utama dalam mewujudkan pembangunan kota berkelanjutan. Pertumbuhan konsumsi energi, peningkatan produksi sampah, serta tingginya penggunaan material mendorong perlunya strategi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Upaya pengurangan emisi harus berjalan seiring dengan pengelolaan material secara bijak, termasuk penerapan energi terbarukan, pengelolaan sampah terpadu, serta peningkatan daur ulang. Dengan demikian, kota tidak hanya dapat menekan dampak lingkungan, tetapi juga menciptakan sistem produksi dan konsumsi yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Sejarah menunjukkan bahwa peningkatan industrialisasi di suatu negara akan meningkatkan tingkat pendapatan dan akibatnya, meningkatkan konsumsi. Pola ini biasanya tercermin dalam jejak material atau konsumsi bahan baku suatu negara. Di Indonesia, sedikit peningkatan produktivitas sumber daya dapat terlihat antara tahun 1990 dan 2024 untuk kedua indikator konsumsi (DMC dan MF). Namun, peningkatan PDB yang lebih tinggi daripada konsumsi material menyebabkan produktivitas material (PDB/DMC dan PDB/RMC) juga meningkat, meskipun lebih lambat. Hal ini menunjukkan peningkatan efisiensi penggunaan material dalam menghasilkan output ekonomi, meskipun peningkatannya tidak secepat pertumbuhan ekonomi itu sendiri, khususnya pada tahun 2017, jejak material Indonesia mencapai 1.888.639.107 ton.

Total potensi energi terbarukan diperkirakan mencapai 3.687 GW, dengan potensi terbesar berasal dari energi surya yang mencapai 3.294 MW. Energi surya memiliki potensi yang signifikan dan berkembang pesat di masa depan karena ketersediaannya yang luas. Energi ini dapat dimanfaatkan tidak hanya di darat tetapi juga melalui teknologi seperti sistem fotovoltaik (PV) terapung, dengan potensi kapasitas 14.701,71 MW untuk pembangkit listrik tenaga surya terapung yang tersebar di 257 lokasi di seluruh negeri, dan instalasi PV atap.

Kontribusi energi terbarukan terhadap konsumsi energi final meningkat dari 11,20% pada tahun 2020 menjadi 13,21% pada tahun 2023. Capaian ini terus meningkat hingga mencapai 14,1% pada tahun 2024, seiring dengan pertumbuhan konsumsi energi final.

Pada tahun 2019, capaian pengelolaan sampah berada pada angka 53,26%, kemudian meningkat signifikan menjadi 60,89% pada tahun 2020, 62,58% pada tahun 2021, dan mencapai titik tertinggi sebesar 63,18% pada tahun 2022. Namun, capaian ini kembali menurun menjadi 60,95% pada tahun 2023 dan 58,75% pada tahun 2024.

Pada tahun 2019, tingkat daur ulang Indonesia mencapai 8,02 juta ton, jauh di bawah target 61,5 juta ton. Namun, volume bahan daur ulang meningkat menjadi 11,69 juta ton pada tahun 2020 dan 18,17 juta ton pada tahun 2023, mencerminkan kebijakan yang lebih kuat, kemitraan lintas sektor, dan meningkatnya kesadaran publik. Kemajuan ini sejalan dengan Peraturan Presiden No. 97/2017, yang menetapkan target pada tahun 2025 untuk mengurangi sampah sebesar 30% dan mengelola 70% melalui pendekatan ekonomi berkelanjutan dan sirkular.


Rabu, 17 Desember 2025
5 dilihat | 1 menit membaca

Berita dan cerita